Seekor burung gagak
Kita semua pasti pernah merasakan saat-saat kecil, saat-saat ketika rasa ingin tahu kita tinggi. Saat itu pasti kita selalu bertanya apa yang kita lihat dan dengar. Saat itu kita bertanya pada orang terdekat kita seperti ayah, ibu, kakak atau saudara yang lebih tua dan sudah lebih mengerti daripada kita. Tetapi, ketika mereka bertanya dan kita mengetahui kadang-kadang kita tidak akan menjawab atau menjawab dengan malas. Kali ini saya akan menulis sebuah cerpen yang berhubungan dengan kalimat tadi.
Pada suatu hari diteras rumah, ada
seorang anak dan ayahnya yang sedang ngobrol sambil menikmati sarapan pagi dan
menghirup udara yang segar dipagi hari. Mereka tampak asyik dengan obrolannya
entah apa yang sedang diomongkan tetapi, terlihat sangat menarik dan seru untuk
dijadikan sebuah topik pembicaraan.
Ketika mereka sedang asyik ngobrol
tiba-tiba, ada seekor burung gagak yang bertengger dipohon. “itu apa nak?”
tanya ayah kepada anaknya. “itu adalah burung gagak” jawab anak. “itu apa?”
tanya ayahnya lagi. “burung gagak” jawab anak. “itu apa?” tanya ayahnya lagi.
“itu burung gagak” jawab anak dengan nada ketus.
“itu apa nak?” tanya ayah lagi. “ITU
BURUNG GAGAK AYAH! ITU BURUNG GAGAK!” jawab anak. “itu apa nak?”. “BURUNG GAGAK
AYAH APA AYAH TIDAK TAHU KALAU ITU BURUNG GAGAK” jawab anak dengan marah sambil
menunjuk burung gagak dengan jari telunjuk.
Akhirnya ayah masuk kedalam rumah dan
masuk kedalam kamar, ketika keluar dari kamar Ia membawa buku harian. Diberikan
buku itu kepada anaknya sambil berkata “bacalah buku harian ini, bacalah
halaman yang sudah ayah tandai”. Lalu anak itu membaca dan mimik wajahnya
berubah dan kelihatannya Ia sudah tidak marah lagi kepada ayahnya.
Pada pagi itu, aku dan anakku yang baru
berusia 1 tahun sedang berada diteras rumah. Ketika kami disana terdapat seekor
burung gagak. Ia bertanya “itu apa ayah?”. “itu burung gagak nak” jawabku. Ia
terus saja bertanya kepadaku sampai 13 kali tetapi, aku tetap menjawab dengan
rasa kasih sayang. Aku juga tahu bahwa diusianya pasti rasa ingin tahunya
tinggi.
“mengapa kamu marah kepadaku? Padahal aku
hanya bertanya 5 kali? Aku tidak marah kepadamu ketika kamun brtanyan padaku 13
kali pada pertanyaan yang sama” ucap ayah. “maafkan aku ayah, aku telah
memarahi ayah karena pertanyaan yang ayah ajukan” jawab anak. Setelah itu anak
menjawab pertanyaan ayahnya sampai 13 kali dengan nada yang lemah lembut dan
penuh kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar