Selasa, 15 November 2016

cerpen : ayah dan burung gagak



Seekor burung gagak


Kita semua pasti pernah merasakan saat-saat kecil, saat-saat ketika rasa ingin tahu kita tinggi. Saat itu pasti kita selalu bertanya apa yang kita lihat dan dengar. Saat itu kita bertanya pada orang terdekat kita seperti ayah, ibu, kakak atau saudara yang lebih tua dan sudah lebih mengerti daripada kita. Tetapi, ketika mereka bertanya dan kita mengetahui kadang-kadang kita tidak akan menjawab atau menjawab dengan malas. Kali ini saya akan menulis sebuah cerpen yang berhubungan dengan kalimat tadi.

Pada suatu hari diteras rumah, ada seorang anak dan ayahnya yang sedang ngobrol sambil menikmati sarapan pagi dan menghirup udara yang segar dipagi hari. Mereka tampak asyik dengan obrolannya entah apa yang sedang diomongkan tetapi, terlihat sangat menarik dan seru untuk dijadikan sebuah topik pembicaraan.
Ketika mereka sedang asyik ngobrol tiba-tiba, ada seekor burung gagak yang bertengger dipohon. “itu apa nak?” tanya ayah kepada anaknya. “itu adalah burung gagak” jawab anak. “itu apa?” tanya ayahnya lagi. “burung gagak” jawab anak. “itu apa?” tanya ayahnya lagi. “itu burung gagak” jawab anak dengan nada ketus.
“itu apa nak?” tanya ayah lagi. “ITU BURUNG GAGAK AYAH! ITU BURUNG GAGAK!” jawab anak. “itu apa nak?”. “BURUNG GAGAK AYAH APA AYAH TIDAK TAHU KALAU ITU BURUNG GAGAK” jawab anak dengan marah sambil menunjuk burung gagak dengan jari telunjuk.
Akhirnya ayah masuk kedalam rumah dan masuk kedalam kamar, ketika keluar dari kamar Ia membawa buku harian. Diberikan buku itu kepada anaknya sambil berkata “bacalah buku harian ini, bacalah halaman yang sudah ayah tandai”. Lalu anak itu membaca dan mimik wajahnya berubah dan kelihatannya Ia sudah tidak marah lagi kepada ayahnya.
 
 

Pada pagi itu, aku dan anakku yang baru berusia 1 tahun sedang berada diteras rumah. Ketika kami disana terdapat seekor burung gagak. Ia bertanya “itu apa ayah?”. “itu burung gagak nak” jawabku. Ia terus saja bertanya kepadaku sampai 13 kali tetapi, aku tetap menjawab dengan rasa kasih sayang. Aku juga tahu bahwa diusianya pasti rasa ingin tahunya tinggi.

“mengapa kamu marah kepadaku? Padahal aku hanya bertanya 5 kali? Aku tidak marah kepadamu ketika kamun brtanyan padaku 13 kali pada pertanyaan yang sama” ucap ayah. “maafkan aku ayah, aku telah memarahi ayah karena pertanyaan yang ayah ajukan” jawab anak. Setelah itu anak menjawab pertanyaan ayahnya sampai 13 kali dengan nada yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar