Senin, 14 November 2016

cerpen : besarnya rasa sayangku padamu



Besarnya rasa sayangku padamu


Hai, namaku Irwan aku biasa dipanggil nama Wawan. Aku memiliki sahabat yang bernama Irna, kami sudah bersahabat sejak kecil. Setiap hari kami selalu melakukan bersama dari mulai berangkat ke sekolah bareng sampai saat ini kami tetap melakukan segalanya bersama.
Sekian lama aku sudah bersahabat, lama juga aku sudah bersama dengannya tapi kini aku merasa ada yang berbeda dengan diriku. Aku tidak tahu kenapa hatiku selalu gelisah apabila sehari tidak jalan bersama dengannya, aku juga sangat khawatir ketika Irna tidak bersamaku walau hanya sehari.
Suatu hari di  tempat kerja, aku menceritakan apa yang aku rasakan kepada temanku yaitu Ratna. Aku juga sudah lama kenal dengan Ratna seperti halnya Irna. Ketika aku selesai bercerita Ratna mengatakan bahwa aku suka kepada Irna, aku hanya tida percaya dan berkata “tidak mungkin karena aku dan Irna sudah bersahabat dari kecil, dan aku juga tidak mungkin suka kepada Irna karena aku memiliki teman perempuan yang banyak dan juga cantik”. “rasa itu bisa saja muncul apabila kamu sering melakukan aktivitas bersama dan apalagi kamu sudah lama bersahabat dengannya. Jadi wajar aja kalau rasa itu bisa terjadi” ucap Ratna.
Keesokannya, aku mengajak Irna bertemu ditempat yang biasa kami datangi. Aku mengajaknya kesana dengan niat ingin mengungkapkan rasa cintaku padanya. Tetapi aku urungkan niatku karena, ketika ingin mengatakan Irna sudah lebih dahulu bercerita “aku sangat senang karena mulai hari ini aku sudah resmi berpacaran dengan Tony. Aku gak percaya banget bisa pacaran dengan dia, aku kira aku hanya akan bermimpi bisa deket sama dia. Sumpah aku seneng banget, kamu seneng gak?”. “iya, aku juga seneng karena kamu seneng” ucapku walaupun harus menahan airmata.
Hari pun  terus berganti,siang menjadi malam dan begitupun malam menjadi siang. Kini aku telah melupakan Irna, selama ini aku mengira bahwa aku tidak akan bisa melupakannya dan aku hanya akan bisa menyukai Irna. Saat ini, aku semakin dekat dengan Ratna, sedangkan Irna sudah ingin kejenjang yang lebih dengan Tony. Walaupun pertamanya aku sangat sakit, dan hanya bisa pura-pura tersenyum ketika melihat Ia bahagia.
Suatu hari Ratna mengajakku untuk bertemu karena ingin berbicara sesuatu kepadaku “sebenarnya ada yang ingin aku bilang sama kamu, tapi aku mohon kamu jangan tersinggung. Aku sudah lama suka sama kamu, aku bilang ini kekamu bukan untu bisa pacaran sama kamu. Aku bilang ini agar kamu tahu, dan aku juga sudah terlalu lama memendam rasa ini sampai-sampai aku sering gugup didekat kamu” katanya. Aku hanya diam, lalu aku pun berbicara “tapi kenapa kamu baru bilang sekarang? Kalau kamu memang suka padaku, mengapa kamu tidak cemburu ketika tahu bahwa waktu itu aku menyukai Irna?”. “aku berusaha tidak cemburu agar kamu bisa bahagia pacaran sama Irna, walaupun aku selalu merasa sakit kalau kamu menceritakan tentang Irna. Aku lebih suka melihat kamu bahagia walaupun bukan bersamaku, bukan kamu yang bersamaku tetapi kebahagiaanmu terletak pada diri Irna”.
Semenjak kejadian itu, hubunganku dengan Ratna ada jarak. Entah aku yang menjauhi dia atau dia yang menjauhiku, tapi bisa jadi kami berdua saling menjauhi. Karena semakin ada jarak, kini aku sangat mengkhawatirkan Ratna, mungkin itu terjadi karena kami tidakk saling bersama lagi.
Tiga hari berlalu, kini aku sadar bahwa telah suka kepada Ratna. Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa suka padanya, mungkinn karena kebaikannya atau mungkin rasa ini telah lama ada dan rasa ini tertutupi karena rasa cintaku pada Irna dulu.
Kini aku sudah semakin yakin dengan perasaan ini, aku ingin sekali dekat kembali dengan Ratna. Tetapi, atas saran dari ibuku, aku segera melamarnya agar kejadian sebelumnya terjadi kembali seperti halnya kejadianku dengan Irna. Lalu aku mengirim pesan kepada Ratna “ratna besok aku ingin datang kerumahmu, aku ingin bertemu dengan kamu dan mami”. Aku memanggil ibu Ratna dengan kata mami, aku memanggilnya agar aku bisa dekat dengan ibu Ratna. “memangnya kamu mau ngapain?” pesan dari Ratna. “nanti kamu juga tahu, pokonya kasih tau mami kalau aku ingin datang” balasku.
Keesokan harinya, aku datang kerumah Ratna ditemani dengan orang tuaku. Ratna sangat heran kenapa aku harus membawa orangtuaku, setelah dipersilahkan masuk ayahku langsung membicarakan maksud aku datang kerumah Ratna. Ratna kaget dan mengajakku ketaman depan sebentar untuk berbicara. “mengapa kamu lakukan ini? Bukankah kamu mencintai Irna?”. “ya, aku mencintai Irna tapi itu dulu. Kini aku mencintai kamu dengan segenap rasaku, dan aku sudah melupakan Irna dan membuangnya jauh-jauh dari pikiran dan hidupku”. “tapi, kamu melakukan ini bukan karena terpaksa kan? Karena aku gak mau ada orang yang mencintaiku dengan terpaksa, dan aku juga gak mau dicintai orang karena rasa kasihan”. “aku sudah bilang bahwa aku mencintaimu tulus, aku juga sudah minta pendapat sama ibu. Ibu merestui kalau aku menikah dengan kamu, sebenarnya ibu lebih setuju kalau aku sama kamu”. Lalu kami pun segera masuk kedalam.
Didalam ayah masih berbicara tentang niat kami, ayah meminta persetujuan kepada Ratna dan Ratna pun menyetujuinya. Satu bulan kemudian, pernikahan kami dilaksanakan, keluarga kami sangat bahagia karena pernikahan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar