Tak selamanya kita bermusuhan
Kadang kita beranggapan bahwa yang
namanya musuh akan tetap selamanya menjadi musuh, tetapi kadang musuh yang
selalu ada disamping kita. Kita juga sering beranggapan bahwa persahabatan
diawali dengan pertemanan, dengan sering jalan bareng, belajar bareng, semua
selalu bareng. Tetapi, kadang dugaan itu salah, kejadian itu akan Saya jelaskan
lewat cerpen berikut.
Hai, perkenalkan namaku Tiara, saat
ini aku sedang belajar dibangku sekolah menengah pertama. Pada suatu hari, sekolahku
kedatangan dua orang murid baru, murid baru tersebut adalah anak dari kepala
sekolah dan muris baru yang satu lagi adalah teman baiknya. Kebetulan mereka
sekelas denganku dan temanku yang bernama Yola, ketika memperkenalkan diri
mereka terlihat sangat sombong, aku dan temanku sangat tidak suka dengan
sikapnya dan cara berbicaranya. “hai, perkenalkan nama gua Kirana dan ini
teman gua bernama Karin” begitulah cara Ia mempekenalkan diri.
Ketika bel masuk berbunyi, aku
mengajak Yola untuk segera masuk kekelas. Ketika sampai dikelas terdapat
semua anak kelas sedang berkumpul dimeja Kirana, aku penasaran dan mencoba
untuk mencari tahu dengan ikut juga berkumpul ternyata, Kirana sedang
mempamerkan benda yang Ia beli diluar negeri. “dasar sombong! Kalau nanti
benda itu hilang, nangis gak berhenti” ucapku dalam hati. Akhirnya, bu Lia
masuk kekelas untuk mengajarkan kami.
Bel istirahat berbunyi, aku dan Yola
segera kekantin untuk memesan bakso dan minuman yang biasa kami beli, ketika
kami sedang asyik makan tiba-tiba ada seorang anak yang berteriak “kalian
boleh beli apa saja, biar nanti aku yang akan membayar”. Ternyata, yang
mengatakan itu adalah Kirana, Yola mengatakan “sombong banget kamu! Lebih
baik kamu simpan uang pemberian dari ayahmu untuk kamu pakai bila perlu,
bukan untuk mempamerkan kekayaan mu!”. Aku pun menyuruh Yola diam dan tidak
memperdulikan apa yang Kirana lakukan, tetapi Kirana tidak sedang dengan
adanya kami disana dan Ia mengatakan “kalau kalian mau, gak apa-apa. Biar aku
saja yang membayar karena aku tahu bahwa kalian itu hanya iri kepadaku”. Aku
dan Yola hanya diam saja agar Kirana merasa senang dengan perbuatannya itu.
Ketika pelajaran IPS, bu guru
membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang, kelompok itu
memiliki tugas untuk membuat presentasi tentang keadaan alam Indonesia secara
geografis. “kelompok terakhir adalah Kirana, Yola, Tiara, dan Ajeng”. Aku
merasa tidak suka dan protes kepada buguru untuk merubah anggota kelompok,
tetapi bu guru menolak dan mengatakan bahwa aku dan Yola sebagai siswa yang
aktif dikelas harus mengajarkan sesuatu kepada dua orang murid baru yang akan
menjadi keluarga baru disekolah kita.
Ketika sedang mengerjakan tugas yang
diberikan guru, Ajeng dan Kirana hanya bermain dan berkata “kerjainnya yang
bener dong! Nanti kalau hasilnya jelek gimana? Nanti aku dan Kirana bisa kena
omelan juga sama bu guru” begitulah ata Ajeng. Aku dan Yola hanya diam dan
menganggap perkataannya hanya angin yang lalu. Ketika tugas kami sudah
selesai, aku menulis anggota kelompok. Ketika kelompok kami mulai
mempresentasikan hasil kerja kelompok kami, bu guru heran kenapa disana hanya
tertulis namaku dan nama Yola saja, sedangkan nama Kirana dan Ajeng tidak
tertulis. Aku hanya menjawab “tugas ini hanya aku dan Yola yang mengerjakan
sedangkan mereka hanya asyik dengan pekerjaannya, mereka hanya bercanda dan hanya bisa menyuruh kami
melakukannya”.
Setelah pulang sekolah, aku dan Yola
pulang dengan jalan kaki dan ketika ditengah perjalanan kami bertemu dengan
Kirana yang pulang dengan menaiki mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi.
“dasar orang miskin! Tadi mengejekku dan kalian tidak tahu diri, kalian saja
pulang dengan berjalan kaki”ucapnya. “dasar sombong! Aku sumpahin kamu semoga
besok kamu dihukum oleh guru karena kelakuanmu” ucap Yola.
Tiga bulan telah berlalu, entah
kenapa aku dan Yola semakin dekat dengan Kirana dan Ajeng, kami sekarang
sudah sering belajar dan bermain bersama. Mungkin karena kami selalu mendapat
kelompok yang sama, sikap dan kelakuan Kirana dan Ajeng telah berubah, mereka
telah menjadi baik dan kelakuan sombong mereka tidak ada lagi. Pada suatu
hari, kami berempat kekantin bersama dan memesan mie ayam dan es teh manis.
Ketika kami selesai makan, kami mengobrol sebentar. Ajeng pun mengatakan “aku
ingin berlibur ke puncak dan aku ingin mengajak kalian”. “mungkin aku tidak
ikut” ucapku. “ayolah ikut aja, sekarang kita kan teman dan kita juga semakin
dekat akhir-akhir ini” kata Kirana. Akhirnya aku pun setuju untuk ikut dengan
mereka.
Ketika sedang liburan, kami sering
mengabadikan foto berempat, kami juga selalu menjalankan aktivitas bersama.
“kompak banget kalian, bisa sampai tua nih kompak nya” kata mama Ajeng.
Ketika kami pulang dan kembali masuk sekolah, teman-teman merasa bingung dan
heran dengan kedekatan kami berempat dan kebersamaan kami berempat. Kini aku
merasa bahwa kami sudah berteman, dan bahkan bersahabat.
|
Pelajaran yang dapat kita ambil dari
cerpen tadi adalah tidak selamanya musuh itu adalah musuh dan tidak selamanya
seseorang akan selalu bermusuhan, kadang musuh yang bisa membuat kita menyadari
akan persahabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar