Minggu, 13 November 2016

cerpen : musuh jadi sahabat



Tak selamanya kita bermusuhan


Kadang kita beranggapan bahwa yang namanya musuh akan tetap selamanya menjadi musuh, tetapi kadang musuh yang selalu ada disamping kita. Kita juga sering beranggapan bahwa persahabatan diawali dengan pertemanan, dengan sering jalan bareng, belajar bareng, semua selalu bareng. Tetapi, kadang dugaan itu salah, kejadian itu akan Saya jelaskan lewat cerpen berikut.
Hai, perkenalkan namaku Tiara, saat ini aku sedang belajar dibangku sekolah menengah pertama. Pada suatu hari, sekolahku kedatangan dua orang murid baru, murid baru tersebut adalah anak dari kepala sekolah dan muris baru yang satu lagi adalah teman baiknya. Kebetulan mereka sekelas denganku dan temanku yang bernama Yola, ketika memperkenalkan diri mereka terlihat sangat sombong, aku dan temanku sangat tidak suka dengan sikapnya dan cara berbicaranya. “hai, perkenalkan nama gua Kirana dan ini teman gua bernama Karin” begitulah cara Ia mempekenalkan diri.

Ketika bel masuk berbunyi, aku mengajak Yola untuk segera masuk kekelas. Ketika sampai dikelas terdapat semua anak kelas sedang berkumpul dimeja Kirana, aku penasaran dan mencoba untuk mencari tahu dengan ikut juga berkumpul ternyata, Kirana sedang mempamerkan benda yang Ia beli diluar negeri. “dasar sombong! Kalau nanti benda itu hilang, nangis gak berhenti” ucapku dalam hati. Akhirnya, bu Lia masuk kekelas untuk mengajarkan  kami.

Bel istirahat berbunyi, aku dan Yola segera kekantin untuk memesan bakso dan minuman yang biasa kami beli, ketika kami sedang asyik makan tiba-tiba ada seorang anak yang berteriak “kalian boleh beli apa saja, biar nanti aku yang akan membayar”. Ternyata, yang mengatakan itu adalah Kirana, Yola mengatakan “sombong banget kamu! Lebih baik kamu simpan uang pemberian dari ayahmu untuk kamu pakai bila perlu, bukan untuk mempamerkan kekayaan mu!”. Aku pun menyuruh Yola diam dan tidak memperdulikan apa yang Kirana lakukan, tetapi Kirana tidak sedang dengan adanya kami disana dan Ia mengatakan “kalau kalian mau, gak apa-apa. Biar aku saja yang membayar karena aku tahu bahwa kalian itu hanya iri kepadaku”. Aku dan Yola hanya diam saja agar Kirana merasa senang dengan perbuatannya itu.

Ketika pelajaran IPS, bu guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang, kelompok itu memiliki tugas untuk membuat presentasi tentang keadaan alam Indonesia secara geografis. “kelompok terakhir adalah Kirana, Yola, Tiara, dan Ajeng”. Aku merasa tidak suka dan protes kepada buguru untuk merubah anggota kelompok, tetapi bu guru menolak dan mengatakan bahwa aku dan Yola sebagai siswa yang aktif dikelas harus mengajarkan sesuatu kepada dua orang murid baru yang akan menjadi keluarga baru disekolah kita.

Ketika sedang mengerjakan tugas yang diberikan guru, Ajeng dan Kirana hanya bermain dan berkata “kerjainnya yang bener dong! Nanti kalau hasilnya jelek gimana? Nanti aku dan Kirana bisa kena omelan juga sama bu guru” begitulah ata Ajeng. Aku dan Yola hanya diam dan menganggap perkataannya hanya angin yang lalu. Ketika tugas kami sudah selesai, aku menulis anggota kelompok. Ketika kelompok kami mulai mempresentasikan hasil kerja kelompok kami, bu guru heran kenapa disana hanya tertulis namaku dan nama Yola saja, sedangkan nama Kirana dan Ajeng tidak tertulis. Aku hanya menjawab “tugas ini hanya aku dan Yola yang mengerjakan sedangkan mereka hanya asyik dengan pekerjaannya, mereka  hanya bercanda dan hanya bisa menyuruh kami melakukannya”.

Setelah pulang sekolah, aku dan Yola pulang dengan jalan kaki dan ketika ditengah perjalanan kami bertemu dengan Kirana yang pulang dengan menaiki mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi. “dasar orang miskin! Tadi mengejekku dan kalian tidak tahu diri, kalian saja pulang dengan berjalan kaki”ucapnya. “dasar sombong! Aku sumpahin kamu semoga besok kamu dihukum oleh guru karena kelakuanmu” ucap Yola.

Tiga bulan telah berlalu, entah kenapa aku dan Yola semakin dekat dengan Kirana dan Ajeng, kami sekarang sudah sering belajar dan bermain bersama. Mungkin karena kami selalu mendapat kelompok yang sama, sikap dan kelakuan Kirana dan Ajeng telah berubah, mereka telah menjadi baik dan kelakuan sombong mereka tidak ada lagi. Pada suatu hari, kami berempat kekantin bersama dan memesan mie ayam dan es teh manis. Ketika kami selesai makan, kami mengobrol sebentar. Ajeng pun mengatakan “aku ingin berlibur ke puncak dan aku ingin mengajak kalian”. “mungkin aku tidak ikut” ucapku. “ayolah ikut aja, sekarang kita kan teman dan kita juga semakin dekat akhir-akhir ini” kata Kirana. Akhirnya aku pun setuju untuk ikut dengan mereka.

Ketika sedang liburan, kami sering mengabadikan foto berempat, kami juga selalu menjalankan aktivitas bersama. “kompak banget kalian, bisa sampai tua nih kompak nya” kata mama Ajeng. Ketika kami pulang dan kembali masuk sekolah, teman-teman merasa bingung dan heran dengan kedekatan kami berempat dan kebersamaan kami berempat. Kini aku merasa bahwa kami sudah berteman, dan bahkan bersahabat.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerpen tadi adalah tidak selamanya musuh itu adalah musuh dan tidak selamanya seseorang akan selalu bermusuhan, kadang musuh yang bisa membuat kita menyadari akan persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar