Membuang Ayah
Pada suatu hari, disuatu perkampungan yang jauh dari
perkotaan. Hiduplah seorang ayah dan anaknya disebuah rumah yang sederhana. Anak
tersebut bernama Yusuf, Ia tidak mempunyai seorang ibu yang Ia punya hanyalah
seorang ayah yang sangat menyayanginya. Yusuf diajarkan oleh ayahnya tentang
segala hal, walaupun Ia tidak bersekolah teetapi Ia mendapat pendidikan yang
sama seperti teman-teman nya yang lain.
Karena Yusuf hanya mempunyai ayah, Ia sangat menyayangi
ayahnya melebihi apapun. Bahkan ketia ayahnya sakit, Yusuf rela meninggalkan
pekerjaannya sebagai petani demi menjaga dan merawat ayahnya. Walaupun ayahnya
menyuruh untuk tetap bekerja, Yusuf bersikeras untuk tetap menjaga ayahnya.
Semakin hari Yusuf pun semakin besar, suatu ketika Yusuf
bertemu dengan seorang perempuan bernama Dewi. Ia berniat untuk menikahi Dewi,
menjadikan istrinya, dan untuk menjaga dan merawat ayahnya yang sudah tua. Yusuf
pun meminta izin ayahnya dan ayahnya merestui niat yang baik dari Yusuf.
Akhirnya, Yusuf pun menikah dengan Dewi dan mempunyai
seorang anak laki-laki. Anak laki-lakinya tersebut bernama Andi, Andi sangat
menyayangi kakeknya seperti halnya Yusuf. Andi diajarkan oleh kakeknya tentang
segala hal, sehingga Andi menjadi pintar. Pada suatu ketika, Andi diajak oleh
kakeknya pergi ke hutan untuk lebih mengenal tentang tumbuhan dann hewan.
Lalu, Andi melihat seekor burung yang mengeluarkan kotoran. Karena
penasaran akhirnya Andi bertanya pada kakeknya apa perbedaan manusia dan hewan.
Kakeknya pun menjawab “ manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan
memiliki akal dan perasaan, sedangkan hewan tidak memiliki akal “. Karena tidak
puas dengan jawaban kakeknya itu Andi pun bertanya kembali “ contoh dari itu
apa ? “, kakeknya pun menjawab “ contohnya hewan ketika mengeluarkan kotoran ia
tidak ditempat tertutup, sedangkan manusia ketika ingin mengeluarkan kotoran
ditempat tertutup “. Andi pun mengangguk tanda mengerti.
Ketika Andi dan kakeknya dihutan, dirumah terdapat Andi dan
Dewi yang sedang bertengkar. Dewi menyuruh Yusuf untu membuang ayahnya lantaran
ia sudah sangat kesal karena ayah Yusuf yang sudah tidak bisa apa-apa dan hanya
bisa merepotkannya. Yusuf pun marah besar karena mereka tinggal dirumah ayahnya
bukan dirumah mereka sendiri, karena menurut Yusuf ayahnya sudah susah payah
untuk membangun rumah ini dan dengan seenaknya meraka mengusir yahnya.
Dewi pun lebih marah dan mengancam Yusuf apabila ia tidak
segera membuang ayahnya, maka ia dan Andi akan meninggalkan Yusuf. Yusuf langsung
pucat dan hanya bisa berkata “ baiklah nanti aku pikirkan “. Ketika Andi pulang
Yusuf langsung mengajak kekamar untuk berbicara “ Nak, ayah ingin kamu mengajak
kakek dan meninggalkan kakek ditengah hutam yang dalam dan jauh. Ini ada
selimut berilah kepada kakekmu ketika kamun sudah meninggalkannya “.
Andi pun hanya bisa menuruti perkataan ayahnya dan
mengeluarkan air mata. Dengan segera Andi langsung mengajak kakeknya kehutan
arah Utara dan meninggalkannya disana. Ketika Yusuf sedang melihat kekamar
anaknya, disana terdapat Andi yang sedang menagis sambil memegang selimut yang
diberikan Yusuf untuk ayahnya.
Dengan nada marah Yusuf berbicar dengan anaknya “ bukankah
aku sudah menyuruhmu untuk memberikan selimut tersebut kepada kakek ? “, Dewi
yang sedang didapur kaget dan langsung kekamar Andi. Andi pun menjawab “ ya,
aku memberikan setengah bagian dari selimut ini. Dan setengahnya lagi akan aku
gunakan untuk membuang ayahku nanti “. Yusuf dan Dewi pun langsung kaget
mendengar ucapan anaknya, lalu mereka pun langsung mencari ayah Yusuf kedalam
hutan.
Cerita diatas mengajarkan kita untuk menghargai seorang ayah yang sudah menjaga dan merawat kita sejak kecil, cerita diatas pun juga mengajarkan bahwa seorang anak bisa memberikan nasehat dan mengajarkan kita tanpa kita sadari. Cerita diatas merupakan hanya sebuah cerita, dan tidak patut untuk kita ikuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar